Kecepatan adalah Mata Uang Baru (Speed is the New Currency)



Tentu udah banyak dari kita yang sering mendengar istilah di atas. Kita dengar, lalu kita menganggukkan kepala sambil bergumam, “hmm iya ya bener juga. Waktunya gercep nih!” kemudian balik ke bisnis dan mempercepat segalanya, kemudian ambyar (berantakan).

Kenapa bisa begitu?

Kecepatan memang koentji, tapi tetap aspek basic yang merupakan penopangnya harus dalam keadaan cukup.

Contoh sederhana yang gampang ditemui adalah fenomena supercar.

Kenapa supercar memiliki desain tertentu, mesin tertentu, dan dibuat menggunakan material tertentu?

Karena memang itulah basic penopang yang harus dipenuhi.

Harus (mostly) ceper, harus super aerodinamis, mesinnya 12 silinder, chassisnya full carbon fibre dan lain-lain. Harus.

Karena ga mungkin kita ngasih speed 320km ke mobil macem Agya misalnya, bisa-bisa jadi layangan begitu hit kecepatan 200+ km/jam karena memang syarat kecukupan untuk kebut-kebutannya tidak tercukupi.

Begitu juga dengan bisnis. Setidaknya ada 5 hal untuk membangun perusahaan yang siap kebut-kebutan seperti dikutip dari redzonetech.net yang merangkum diskusi antara 35+ CIO dari berbagai negara :

1. Tolerance for conflict and failure
Memberikan toleransi pada konflik dan kesalahan. Kecepatan terutama kaitannya dalam kecepatan berinovasi bisa berarti akan ada banyak sekali kesalahan selama masa inovasi tersebut. Organisasi harus siap dan OK terhadap hal-hal ini.

2. Understanding the impact
Pastikan seluruh tim/staff yang bekerja mengerti dampak yang akan ia hasilkan kepada perusahaan. Penting dilakukan agar mereka merasa dihargai sehingga mereka akan berada dalam state di mana setiap ide/pekerjaan/inovasinya akan menjadi lebih berarti, sehingga mendorong mereka untuk terus berinovasi/memberikan ide-ide terbaru.

3. Communication
Penting untuk terus membangun budaya komunikasi antar departemen agar setiap orang antar departemen mengerti proses yang dilakukan. Komunikasi yang baik akan sangat berguna jika salah satu departemen melakukan inovasi-inovasi terbaru. Tidak akan ada lag yang terlalu lama untuk menjelaskan kepada departemen lain karena budaya komunikasi yang sudah dibangun dengan baik.

4. Training
Tidak ada inovasi/ide yang bisa diharapkan dari perusahaan yang orang-orangnya memiliki skill itu-itu aja. Mereka perlu dilatih dan ditingkatkan kapasitasnya dari waktu ke waktu dengan harapan mendorong munculnya ide-ide brilian untuk perusahaan.

5. Promote learning culture
Selalu berikan pemahaman kepada tim untuk terus meningkatkan kemampuan berpikir melalui berbagai macam media seperti buku, podcast, seminar dan lain-lain. Atau dengan kata lain membangun budaya untuk terus belajar. Belajar tidak melulu kaitannya dengan workshop, belajar bisa dilakukan dengan biaya sangat murah seperti FGD, analisa tren dari berbagai referensi dan lain-lain. Hal secara tidak langsung akan membentuk mindset inovasi.

Penuhi kecukupan dan lakukan akselerasi

"I'd rather to make mistakes in high speed than making none in a slow movement" (Larry Page)

P.S.
Quote larry redaksinya ga begitu sebetulnya :D cuma pernah baca yang intinya kayak gitu peace

Comments

Popular Posts